oleh

Program Makan Bergizi dan Susu Gratis di Padangsidimpuan ‘Belum Memenuhi Standar Kebutuhan Gizi’

banner 468x60

Bahan literasi hari ini, Pemerhati gizi Makmur Harahap melihat tantantangan dalam Industrialisasi pangan dan paradigma masyarakat yang cenderung memandang gizi dan beberapa pengamat kesehatan di padangsidimpuan juga mengkritisi pelaksanaan program makan bergizi dan Susu gratis, menyoroti perlunya pengawasan ketat terhadap kualitas makanan, penyaluran yang tepat sasaran, dan evaluasi keberhasilan program. makan siang dan Susu gratis yang digagas oleh pemerintah sama dengan membuang anggaran dan dianggap Food Waste? 

Padangsidimpuan, Sumut : analisasiber.com, – Pemerhati gizi di daerah kota padangsidimpuan Makmur Harahap menyebut bahwa setelah mengamati enam jenis sajian menu Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya satu yang memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi berdasarkan Permenkes nomor 28 tahun 2019.

banner 336x280

Beleid itu mengatur angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia. Untuk takaran isi piring anak berusia Sekolah Dasar (SD khusus nya di padangsidimpuan misalnya harus terpenuhi antara 500-700 kalori), dan terkandung unsur karbohidrat, protein nabati dan hewani, lemak, dan buah dalam sekali makan.

Sementara itu dari temuan pemerhati Gizi di daerah kota padangsidimpuan, sejumlah siswa mengeluhkan soal sayuran yang mereka makan terasa pahit dan agak kecut. Ada pula yang kecewa karena tak dapat susu seperti yang dijanjikan. Beberapa sekolah di padangsidimpuan bahkan terlambat sampai dua jam menerima makanan bergizi gratis.

Pengamat kesehatan dari lembaga pemantau, pengelolaan, pengkajian, dan pengawasan anggaran daerah (LP4-AD), Sumatera Utara Ali Husin Harahap, berkata persoalan Susu Gratis itu sangat krusial yang harusnya segera dievaluasi dan diperbaiki pemerintah kota padangsidimpuan sesegera mungkin. ”Sebab jika terlambat, bahan makanan dan anggaran Susu Gratis yang digelontorkan akan terbuang sia-sia.

Kendati demikian, dia meminta publik agar terus mendukung program ini. “Program ini sangat kompleks, temuan-temuan di lapangan sangat baik untuk diperbaiki dalam bentuk SOP. Namun program ini jangan dibunuh, jangan dimatikan, mari improve sama-sama.”

Program Makan Bergizi Gratis untuk Siswa Disebut Cuma Food Waste, Apa Dampak Negatifnya?

Program makan bergizi dan Susu gratis telah dilaksanakan mulai Senin (6/1/2025) kemarin pada 90 titik termasuk padangsidimpuan dengan mendapatkan sambutan beragam dari banyak siswa SD. Mereka pun tampak memberikan testimoni mengenai makanan yang mereka dapatkan secara gratis. Masing-masing memang terlihat mendapatkan nasi, lauk, sayur, dan buah.

Apa itu Food Waste?

Food waste, atau pemborosan makanan, merujuk pada pembuangan makanan yang sebenarnya masih layak untuk dikonsumsi dan akhirnya menumpuk di TPA.

Fenomena ini terjadi di seluruh dunia, baik di rumah tangga, restoran, maupun rantai distribusi makanan. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), sekitar sepertiga dari makanan yang diproduksi secara global berakhir menjadi limbah setiap tahunnya.

Hal ini tidak hanya menjadi masalah etis, tetapi juga memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Dampak Negatif Food Waste

1. Dampak Lingkungan

Makanan yang terbuang sering kali berakhir di tempat pembuangan sampah, di mana makanan ini membusuk dan menghasilkan metana dan karbondioksida. Sedangkan keduanya tidak sehat untuk bumi.

Gas-gas tersebut terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon. Padahal, salah satu fungsi lapisan ozon adalah menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, maka terjadilah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di bumi. Selain itu, energi dan air yang digunakan untuk memproduksi makanan juga menjadi sia-sia.

2. Dampak Ekonomi

Food waste menyebabkan kerugian ekonomi besar-besaran, baik pada tingkat individu maupun global. Misalnya, rumah tangga menghabiskan uang untuk membeli makanan yang tidak mereka konsumsi, sementara produsen dan distributor kehilangan potensi keuntungan. Makanan yang terbuang dalam rantai pasok, seperti selama transportasi dan penyimpanan, menciptakan ketidakseimbangan dalam ekonomi pangan.

3. Dampak Sosial

Di sisi lain dari pemborosan makanan, jutaan orang di seluruh dunia menderita kelaparan. Food waste menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam sistem distribusi pangan global, di mana makanan berlimpah di satu tempat tetapi tidak tersedia di tempat lain. Membuang makanan yang layak dimakan juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan nilai makanan dan perjuangan banyak orang untuk mendapatkan pangan yang cukup.

Ancaman Food Waste di Balik Program Makan Siang dan Susu Gratis di Padangsidimpuan

Pemerhati gizi Makmur Harahap juga berharap program makan siang dan Susu gratis yang dicanangkan oleh pemerintah di tahun pertama akan menggelontorkan dana sebesar Rp 120 triliun hal ini dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, serta mencegah masalah gizi lainnya, seperti stunting dan obesitas.

Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2024 angka stunting di Indonesia saat ini berada di 21,5% yang berarti dalam 10 tahun terakhir (2013-2023) mengalami penurunan. namun hal ini masih di bawah RPJMN yakni 14%.

Prevalensi stunting saat ini dipengaruhi berbagai faktor pada periode prenatal dan periode kelahiran hingga postnatal, terutama bumil risiko KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan pemeriksaan kehamilan (K4). Dibandingkan tahun 2022, di tahun 2023 proporsi bumil risiko KEK meningkat sedangkan pemeriksaan kehamilan (K4) menurun.

Kedua faktor ini merupakan determinan status gizi sebelum bayi lahir yang perlu mendapat perhatian sehingga program pemberian makan siang dan susu gratis dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut untuk meningkatkan status gizi bayi. Gizi yang baik dapat menjadi bekal untuk menciptakan SDM yang baik dan unggul guna menyongsong Indonesia Emas 2045.

Namun, di balik program makan siang dan susu gratis ini ada ancaman yang mengintip dalam implementasinya yang tak boleh diabaikan yaitu food waste atau pemborosan makanan.

Food Waste dapat terjadi jika jumlah makanan yang disediakan melebihi kebutuhan penerima manfaat serta tidak tepat sasaran. faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut antara lain kurangnya perencanaan yang baik, menu yang disajikan tidak sesuai dengan selera lidah konsumen, keamanan dan kelayakan makanan saat disajikan.

Ancaman food waste dalam program makan siang dan Susu gratis ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga memiliki dampak lingkungan yang serius. Makanan yang dibuang secara tidak perlu akan berakhir sebagai limbah organik, menyumbang pada masalah pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca dari tempat pembuangan sampah.

Untuk mengatasi ancaman food waste ini, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan pihak terkait. Perencanaan yang lebih matang dalam menentukan jumlah makanan yang dibutuhkan berdasarkan data riil, penggunaan strategi distribusi yang efisien untuk memastikan makanan sampai kepada yang membutuhkan, serta penerapan sistem pengelolaan sisa makanan yang berkelanjutan merupakan beberapa langkah yang dapat diambil.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat tentang pentingnya mengurangi pemborosan makanan. Dengan melibatkan penerima manfaat program makan siang dan susu gratis dalam upaya pengurangan food waste, diharapkan dapat tercipta kesadaran kolektif akan pentingnya memperlakukan makanan dengan penuh penghargaan.

Dengan demikian, melalui upaya bersama antara pemerintah, pihak terkait, dan masyarakat, ancaman food waste di balik program makan siang dan Susu gratis dapat diatasi secara efektif. Dengan mengoptimalkan manajemen makanan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi pemborosan, program ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lingkungan. (Hendri)

 

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *