oleh

Peringatan Haul Ke-23 SYEKH ABDUL QODIR BIN QORI SIDDIQ LUBIS. Pendiri Ponpes “DARUT TAUHID”

banner 468x60

“Ketika disebut-sebut orang-orang yang sholeh maka turunlah rahmat.”contoh buat sesama muslim dan generasi nantinya, agar kita selalu ingat betapa besarnya pengorbanan guru guru kita dan pejuang pejuang agama yg kita cintai ini.

analisasiber.com, – Padangsidimpuan Sedikit Cerita tentang kepergian Ompung Guru (Syekh Abdul Qodir Lubis) yang di tulis oleh Abuya/guru kita (Ahmad Sanjaya Banurea) pada buku “Biografi Syekh Abdul Qodir bin Qori Siddiq Lubis”

banner 336x280

SELAMAT JALAN ABUYA

Malam Jum’at 17 Ramadhan 1423 H saya (penulis/Abuya Ahmad Sanjaya Banurea) masih memberi ceramah pada peringatan Nuzul Qur’an di Mesjid Raya Al-Abror Simpang Tolang Julu. Tak sedikitpun ada firasat yangdatang pada saya akan hal yang menimpa Abuya tercinta.

Kabar tentang sakitnya beliau pun tak pernah saya dengar, namun pagi harinya saya merasakan sekujur tubuh saya lemas dan tak bergairah sama sekali.

Menjelang waktu buka puasa, seorang murid saya yang kebetulan baru pulang dari Panyabungan bercerita bahwa tadi ada pengumuman dimesjid Panyabungan bahwa Syekh Abdul Qodir Lubis Meninggal Dunia.

Luluh-lantak, lemah lesu, rasanya segala persendian tubuh ini, hilang gairah juang yang sedang berkobar. Ku tatap muridku seolah-olah tak percaya dengan ucapannya, tapi dari pancaran matanya keluar kepastian dan kebenaran.

Hatiku pun berbisik bukankah setiap yang bernyawa itu memang akan merasakan mati..?

Malam sabtu 18 Ramadhan kebetulan saya masih tugas imam Tarwih di Mesjid Al-Abror. Selesai sholat Tarwih saya dan dua teman saya berangkat jalan kaki dari Simpang Tolang Julu ke Pasar Kotanopan.

Dan dari pasar Kotanopan kami menumpang Bis Damri menuju ke Darut Tauhid. Sampai di Darut Tauhid sudah jam 2.00 dini hari, halaman dan rumah Abuya masih dipadati tamu yang melayat.

Perkiraan kami, masih akan melihat wajah Abuya untuk yang terakhir kalinya walau hanya sejenak.

Tapi ternyata harapan kami meleset, sebab jasad Abuya sudah dikebumikan tadi sore. Akhirnya kami segera kelokasi untuk melaksanakan Sholat Ghoib di tempat dan sekalian ziarah.

Abuya, kutatap gundukan tanah bekas pemakamanmu masih kelihatan basah terbujur diatas tubuhmu yang telah memenuhi panggilan-Nya. Ku bisikkan rintihan bertabur do’a semoga bahagia senantiasa bersamamu. Ku panjatkan harapan dan asa semoga jasad dan ruh mu berada di tempat yang mulia dan diridhoi-Nya.

Taman Surga yang abadi, kenikmatan yang hakiki, berdampingan dengan para Syuhada dan para Wali, berdekatan dengan para Rasul dan Nabi.

Kadang ananda seolah tak percaya bahwa Abuya telah pergi meninggalkan kami, sebab sering kami merasa bahwa Abuya berdiri didepan kami memperhatikan setiap tingkah dan tindakan kami.

Tapi gundukan tanah yang saya tatap dengan mata nanar dan telah perih dimalam 18 Ramadhan tak dapat ananda pungkiri. Abuya pergi setelah membina Darut Tauhid tercinta dengan susah payah.

Tenaga, pikiran, ilmu telah Abuya curahkan sedaya mampu Abuya. Bahkan banyaknya fitnah dan kalimat-kalimat sumbang telah Abuya terima dengan ketabahan, berlapang dada dan semangat jihad yang pantang mundur menyerah.

Tak ada lagi kata yang terucap dari bibir yang dhaif ini selain kata “Selamat jalan Abuya…!”.

Walau di dunia ini kita dipisahkan, semoga diakhirat kelak kita dikumpulkan bersama-sama dibawah naungan yang mulia Robb Yang Maha Pengasih-Penyayang.

Penulis: Abuya Ahmad Sanjaya Banurea

Malam Senin, 17 Ramadhan 1446H kami kembali melaksanakan Haul Ompung Guru di Majelis Ahbabul Musthofa Padangsidimpuan, Desa Pudun Jae.

Abuya kita (Ahmad Sanjaya Banurea) kembali menceritakan kisah dari ompung Guru (Syakh Abdul Qodir Lubis) dengan kami yang hadir atau kita semua berharap “عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة

“Ketika disebut-sebut orang-orang yang sholeh maka turunlah rahmat”.

(Imam Sufyan bin ‘Uyainah Rohimahulloh).

 

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *