BOGOR – AnalisaSiber.com
Insiden kekerasan terhadap awak media kembali mencoreng wajah kebebasan pers di Indonesia. Kali ini, peristiwa memilukan itu terjadi di Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 13.24 WIB.
Sebanyak tujuh wartawan yang tengah melakukan peliputan investigatif terkait dugaan aktivitas pengangkutan gas oplosan menjadi korban intimidasi dan kekerasan oleh sekelompok orang tak dikenal. Diduga kuat, para pelaku memiliki keterkaitan dengan praktik ilegal tersebut.
Menanggapi kejadian ini, Ketua DPC AKPERSI (Asosiasi Keluarga Pers Indonesia) Kabupaten Tangerang, Marully, menyampaikan kecaman keras atas tindakan brutal yang menimpa para jurnalis. Ia menilai bahwa kejadian ini bukan hanya menyerang individu, melainkan menjadi bentuk nyata dari ancaman terhadap demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia.
“Kami mengutuk keras tindakan intimidasi dan kekerasan terhadap tujuh jurnalis di Rumpin. Ini adalah bentuk arogansi dan pelecehan terhadap profesi wartawan yang sah dan dilindungi oleh undang-undang,” tegas Marully dalam pernyataannya.
Marully juga mendesak aparat penegak hukum untuk bertindak tegas dan mengusut tuntas kasus tersebut, termasuk membongkar jaringan mafia gas oplosan yang diduga menjadi dalang di balik insiden kekerasan ini.
Tak hanya itu, Marully menyoroti adanya ancaman terhadap Ketua DPD AKPERSI Provinsi Banten, Yudianto, yang menurutnya harus segera ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
“Kami minta aparat tidak hanya menindak pelaku lapangan, tetapi juga mengungkap siapa aktor intelektual dan jaringan mafia gas oplosan yang selama ini meresahkan masyarakat serta mengancam wartawan,” tambahnya.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap jurnalis, terutama saat menjalankan tugas investigasi. DPC AKPERSI Kabupaten Tangerang pun menyerukan solidaritas dan perlindungan menyeluruh terhadap insan pers, sebagai bagian dari upaya menjaga marwah kebebasan pers nasional yang bermartabat.
Penulis : Nurhaedi / Nedi
Editor&Penerbit : Yudi Sayuti
Komentar