OPINI – 13 April 2025 – Sistem kekuasaan yang terjerat dalam praktik mafia menjadi ancaman nyata bagi prinsip demokrasi dan keadilan sosial. Di tengah arus kekuasaan yang dikendalikan oleh jaringan tak kasatmata, peran sosial control baik dari masyarakat sipil, lembaga pengawas, maupun media semakin dipinggirkan dan dilumpuhkan oleh sistem yang sengaja dirancang untuk melanggengkan dominasi mereka.
Fenomena ini menciptakan sebuah kondisi di mana suara kritis dibungkam, dan kebenaran dikaburkan oleh kepentingan terselubung. Ketika sosial control terlena atau bahkan turut serta dalam permainan kekuasaan ini, maka lahirlah “kalimat budak” ungkapan yang merepresentasikan keterikatan terhadap kuasa, bukan kebenaran.
“Jika para sosial control kehilangan kesadaran terhadap perannya, maka mafia akan menjadi pengendali utama atas sistem, menentukan arah, bahkan memutuskan siapa yang boleh bersuara dan siapa yang harus bungkam,”
Kesadaran sosial control harus segera ditegakkan sebagai benteng pertahanan terakhir dari sistem yang semakin dikendalikan oleh kepentingan mafia. Sebelum seluruh sistem pengawasan dan kontrol berada dalam genggaman mereka, diperlukan refleksi kolektif dan gerakan sadar untuk merebut kembali peran strategis sosial control dalam menyeimbangkan kekuasaan dan menjaga transparansi.
Situasi ini menjadi peringatan keras bagi seluruh elemen masyarakat, khususnya di Kota Bitung, agar tidak menyerahkan sepenuhnya kendali kepada sistem yang tidak transparan. Diperlukan keberanian kolektif untuk kembali menegakkan nilai-nilai keadilan, integritas, dan keberpihakan terhadap rakyat.
Ungkapan ini ditujukan untuk membuka ruang diskusi kritis dan mendorong peran aktif semua pihak dalam membongkar praktik-praktik mafia dalam sistem kekuasaan, demi masa depan sistem yang sehat dan bermartabat. (POLAPA)
Komentar