Sebuah Harapan Menjaga Bumi

banner 468x60

Padangsidimpuan, analisasiber.com,- Sebuah kenyataan pahit bahwa banyak kehancuran ekologis tidak terjadi secara alami, melainkan hasil dari keputusan manusia yang dibungkus oleh kepentingan ekonomi dan kekuasaan. Alam tidak rusak begitu saja; ia diruntuhkan secara perlahan oleh izin-izin yang diberikan tanpa pertimbangan ekologis, oleh proyek-proyek yang mengutamakan keuntungan jangka pendek, dan oleh kebijakan yang memihak pada segelintir orang, bukan pada keberlanjutan hidup semua makhluk. Bencana hanyalah gejala, sementara akar persoalannya jauh lebih dalam: keserakahan yang dilegalkan.

Ketika kekuasaan memberi payung bagi keserakahan, eksploitasi alam menjadi hal yang dianggap wajar. Penebangan hutan secara masif, penambangan yang merusak, pembangunan yang menelan lahan subur, hingga pencemaran sungai yang dibiarkan terus berlangsung adalah contoh nyata bagaimana kekuatan politik dan ekonomi sering kali saling menopang. Dalam situasi seperti itu, suara masyarakat, lingkungan, dan bahkan suara ilmiah sering kali tenggelam oleh kepentingan besar yang sudah disepakati di meja-meja rapat tertutup. Akhirnya, alam yang tak pernah menuntut apa pun justru menanggung akibat paling parah.

banner 336x280

Namun kerusakan yang terjadi bukan sekadar persoalan lingkungan, melainkan cermin buruknya moral kepemimpinan. Kekuasaan yang seharusnya digunakan untuk melindungi kehidupan malah dipakai sebagai alat untuk menguras apa yang tersisa demi keuntungan. Dan ketika bencana datang—banjir, longsor, kekeringan—kita sering menyalahkan alam, padahal manusialah yang meruntuhkan keseimbangan itu sejak awal. Di sinilah pentingnya integritas dalam kekuasaan: tanpa hati nurani, pembangunan hanya menjadi proyek perusakan yang dibungkus narasi kemajuan.

Perubahan tidak mungkin terjadi jika kesadaran hanya dibebankan pada individu. Diperlukan keberanian kolektif untuk menuntut transparansi, kebijakan yang berkelanjutan, dan pemimpin yang tidak bisa dibeli oleh mereka yang serakah. Masyarakat memiliki peran untuk mengawasi, mengkritik, dan mendorong sistem agar kembali pada fungsi utamanya: melindungi kehidupan. Alam bisa sembuh, tetapi hanya jika manusia berhenti melukai dan mulai memperbaiki. Kerusakan yang dilindungi kekuasaan hanya bisa dihentikan oleh kekuatan moral yang lebih besar dari kepentingan pribadi.

Pada akhirnya, bumi bukan hanya korban bencana alam, tetapi korban dari pilihan manusia. Jika keserakahan terus diberi ruang, maka generasi mendatang hanya akan mewarisi reruntuhan. Tetapi jika kekuasaan dijalankan dengan hati dan keberanian, kita memiliki kesempatan untuk memulihkan alam dan memastikan bahwa bumi tetap menjadi rumah yang layak huni. Tanggung jawab itu ada pada kita semua. baik pemimpin maupun rakyat. karena masa depan planet ini bergantung pada keberanian kita melawan keserakahan, dan keberpihakan kita pada kehidupan.

 

Oleh: Henxri

 

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *