MENU Senin, 14 Apr 2025

Menyelami Filosofi Ngeureut Neundeun Pada Proses Nyadap Kawung

waktu baca 2 menit
Rabu, 26 Feb 2025 07:10 78 Redaksi Jawa Barat

ANALISASIBER.COM. Garut, 26 Februari 2025 – Dalam setiap tetes nira yang mengalir dari batang lengan kawung atau aren, tersimpan filosofi hidup yang mendalam.

Proses nyadap bukan sekadar keterampilan mengumpulkan getah manis atau Nira dari alam, tetapi juga simbol dari konsep ngeureut neundeun—membuang untuk mengumpulkan, melepaskan untuk menerima, itulah makna yang tersimpan dari pesan spiritualnya.

Setiap pagi, penyadap dengan penuh kesabaran dan ketelitian melukai tangkai mayang (bunga Kawung), membuang bagian yang tidak diperlukan agar nira bisa mengalir dengan lancar. Luka itu bukan sekadar kerusakan, melainkan jalan bagi kehidupan baru. Begitu pula dalam hidup, kadang kita harus rela melepaskan sesuatu, mengurangi beban, atau mengorbankan kenyamanan demi memperoleh hal yang lebih besar di masa depan.

Nira yang terkumpul tidak serta-merta langsung dikonsumsi, melainkan diendapkan, difermentasi, atau dimasak menjadi gula merah. Ini menggambarkan bahwa setiap hasil dari kerja keras butuh proses penyempurnaan sebelum benar-benar bermanfaat.

Semisal dalam hidup, kita harus sabar benar dalam menjalani proses dan memahami bahwa hasil terbaik tidak datang secara instan maupun bim salabim serta semudah memutarbalikkan telapak tangan melainkan harus ada luka serta kepedihan yang dirasa.

Filosofi ini juga mengajarkan keseimbangan antara memberi dan menerima. Kawung tidak bisa terus-menerus disadap tanpa jeda, ada masa di mana pohon dibiarkan beristirahat agar tetap lestari dan semangat kembali memberi manfaat bagi si empunya.

Begitu pula manusia, kita perlu memahami kapan harus bekerja keras dan kapan harus berhenti sejenak untuk menjaga keseimbangan hidup.

Dengan memahami makna ngeureut neundeun dalam nyadap kawung, kita diajak untuk lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan, untuk itu perlu berani melepaskan untuk mendapatkan yang lebih baik, bersabar dalam proses, serta menjaga keseimbangan antara usaha dan keikhlasan di setiap tindakannya.

Kawung merupakan tumbuhan yang memiliki nilai spiritual dan manfaat yang belum di optimalkan penggunaan serta pengolahannya.

Mari menanam Kawung sebagai bentuk kesadaran dalam menjaga alam, belajar pada alam serta Kawung bahwa jangan dulu mati sebelum memberi arti bagi lingkungannya, tanpa di pelihara dengan baik pohon Kawung tetap tegap, berdiri menjulang menjaga ekosistem alam ini.

(Ade)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    LAINNYA
    error: Content is protected !!