Para pedagang kuliner ramadan di Pasar padangsidimpuan menolak saat lapak mereka digusur oleh petugas Satpol- PP karena merasa tempat baru tidak terkenal.
analisasiber.com, -Soreh itu, di salah satu trotoar jalan Pasar sagumpal bonang, Padangsidimpuan, Kajol (46) meratapi nasibnya dengan berselimut jaket cokelat yang cukup tebal. Usaha kuliner ramadan yang telah ia geluti sejak 30 tahun lalu digusur oleh Pemerintah Kota Padangsidimpun (Pemko) Provinsi Sumatera utara Sabtu 1 Maret 2025.
Ia bergeming di lokasi hingga saya temui, Sabtu (1/3/2025) kira-kira pukul 03.00 WIB, sebagai bentuk perlawanan. Kajol, juga sekitar 200an orang yang berprofesi sama sepertinya, menolak dipindah ke Pasar “Parbuko” dilokasi Kawasan Masjid Al-Abror.
“Orang-orang sudah tahu kalau kuliner ramadan itu pada tahun- tahun sebelumnya berlokasi di pusat kota yakni Halaman Bolak Jalan Sudirman Ex Merdeka Kota Padangsidimpuan sejak dulu. Ini sudah seperti tanah warisan kami,” kata Kajol.
Menurutnya, Pasar Ramadhan Fair (PRF) kecil dan kurang terkenal. Sementara di dilokasi Kawasan Masjid Al-Abror, sudah banyak pedagang kuliner ramadan, mantan penjual dari pusat kota yakni Halaman Bolak Jalan Sudirman Ex Merdeka Kota Padangsidimpuan yang sejak dulu telah direlokasi. Ringkasnya, Kajol khawatir pendapatannya berkurang jika pindah tempat berdagang.
“Kalau tidak dagang, mau saya kasih makan apa anak-anak saya?” keluh dia dengan raut muka sedih.
Kajol harus mencari nafkah untuk empat anaknya. Sendirian. Tak ada lagi suami di sisinya sejak bertahun-tahun yang lalu.
Saat digusur Kajol sempat adu mulut dengan petugas. Tapi akhirnya dia mengalah dan membereskan dagangannya. Dagangannya itu dititipkan di gudang terdekat dengan biaya sewa Rp30 ribu. “Saya tunggu sampai mereka (petugas) pergi.”
Penolakan itu bukan sekali dua kali Kajol lakukan bersama sesama pedagang. Ini sudah terjadi sejak tahun 2023.
Sepanjang 2023 hingga 2025 saja, Kajol mengaku barang dagangan sudah 2 kali disita Satpol PP. Tapi dia mengaku tak pernah meminta barangnya kembali. “Saya ikhlasin. Rugi kalau nominal bisa sampai Rp.50 juta,” katanya sambil melihat sinis ke arah Satpol PP yang tengah memarkir mobil di hadapannya.
Kajol mengaku para pedagang bahkan sampai terlibat bentrok fisik dengan Satpol PP saban penggusuran dilakukan. Hal ini terpaksa dilakukan karena menurutnya aparat kerap menggunakan cara-cara represif, dari mulai mengacak-acak dagangan hingga membuangnya–tentu saja tanpa ganti rugi–ke pinggir trotoar.
Kajol mendengar mereka tak akan digusur tapi direlokasi dua tahun lalu.
Mereka sempat bernegosiasi dengan Adil. Hasilnya para Pedagang Kuliner ramadan disediakan tempat dilokasi Kawasan Masjid Al-Abror, Tapi lokasi itu terlalu kecil untuk menampung semua pedagang. Sisanya terpaksa membuka lapak di trotoar persis di seberang Plaza Anugerah.
Setelah mendapat informasi relokasi, para pedagang menggelar audiensi ke kantor Satpol PP pada Sabtu (1/3/2025), Ahad (1/3/2025).
Permintaan mereka tak muluk-muluk: berharap agar pemerintah mengizinkan dagang sampai Idul Fitri. Kemudian jika digusur, mereka meminta agar pemerintah setiap bulannya memberi makan anak mereka.
“Alasan habis lebaran agar bisa mengumpulkan modal buat sewa tempat di pasar mahera Sewa sekitar Rp3,5 juta-Rp5 juta,” terangnya.
Penolakan juga dinyatakan Richard, pedagang kuliner ramadan yang lain. Richard meminta Pemko padangsidimpuan merelokasi pedagang ke simpang pasar mahera Kebetulan, kata dia, masih ada ribuan meter lahan yang belum terpakai.
“Bukan enggak ada lahan di sini, ada. Masak enggak bisa tampung kami?” katanya.
Saya mendatangi lahan yang Richard maksud. Tempatnya memang cukup luas, mungkin ribuan meter.
Richard mengaku telah menyurvei ke lokasi yang pemerintah rekomendasikan. Namun ia menilai tempat itu kurang cocok untuk berdagang kuliner ramadan. Selain itu, Richard juga keberatan karena harus membayar lapak.
“Kami buat kontrakan saja susah. Kalau kami pindah ke lokasi Kawasan Masjid Al-Abror, sama saja kami dibunuh pelan-pelan.”
Ia mengaku tak pernah merusak fasilitas publik selama berdagang di trotoar, juga tak bikin macet. “Sebenarnya masalah macet itu tidak terlalu macet. Kami buka jam 4 sore,” jelas dia.(Hend)
Tidak ada komentar