oleh

Hendra Tololiu Diteror Preman Ormas Usai Beritakan Gudang Solar Ilegal Milik Fokla, Kapolda Sulut Diminta Atensikan

-Hukrim-16 Dilihat
banner 468x60

SULUT, ANALISASIBER.COM Perang melawan mafia BBM subsidi kembali memakan korban. Hendra Tololiu, Ketua LSM Krimsus RI Wilayah Sulawesi Utara, mendapat ancaman serius usai memberitakan keberadaan gudang-gudang penimbunan Bio Solar ilegal milik jaringan Fokla. Lokasi penimbunan terendus di sejumlah titik panas seperti Minahasa Utara, Sawangan, dan Kota Manado.

Ancaman datang dari Stenly, diduga tangan kanan Fokla sekaligus Ketua Ormas Brigader Nusa Utara. Dalam pesan suara yang dikirim lewat WhatsApp, Stenly melontarkan makian binatang, ancaman fisik, dan intimidasi frontal yang tak pantas ditujukan kepada siapa pun, apalagi seorang pegiat antikorupsi dan narasumber media.

banner 336x280

“Malam kawan Hendra, nga memang babi, anjing, ngana catut tape nama dalam media, baku dapa torang di Megamas…”

Lanjutnya, “Biar nga legal konsultan, pemai kita nyaperna hitung pa ngana, kita nyanda tako dengan ngana pe profil Garuda.”

Pernyataan tersebut bukan hanya pelecehan verbal tapi sudah masuk dalam kategori teror terhadap kebebasan pers dan ancaman pembunuhan karakter, bahkan bisa berujung pada kekerasan fisik jika tidak segera ditindak.

Dalam pernyataannya, Hendra Tololiu dengan lantang meminta Kapolda Sulut Irjen Pol Roycke Harry Langie untuk tidak tinggal diam atas ancaman nyata terhadap para jurnalis dan aktivis.

“Ini bukan sekadar caci maki! Ini ancaman serius terhadap nyawa jurnalis! Jangan tunggu ada korban jiwa baru aparat bergerak. Saya minta Kapolda Sulut segera menangkap preman-preman yang bersembunyi di balik baju ormas dan menjadikan ancaman sebagai senjata melindungi bisnis kotor mereka,” tegas Hendra.

Hendra menilai, jika polisi masih diam, maka Sulut resmi jadi surga bagi mafia BBM dan neraka bagi mereka yang berani membongkar praktik ilegal.

“Saya dan rekan-rekan jurnalis tidak akan mundur. Tapi kami butuh keberanian dari aparat untuk melindungi hak kami menyuarakan kebenaran. Kalau Kapolda tidak sanggup atasi ini, maka rakyat berhak bertanya: siapa yang sebenarnya dilindungi polisi hari ini?”

Ancaman yang diterima Hendra menjadi bukti betapa mafia solar dan pelindungnya semakin berani. Mereka tidak hanya bermain di balik layar, tapi kini menantang hukum secara terbuka. Jika ini dibiarkan, maka keamanan jurnalis di Sulawesi Utara berada dalam bahaya nyata.

“Negara tidak boleh kalah dengan preman. Jika suara jurnalis dibungkam dengan ancaman, maka demokrasi sedang dirampok di siang bolong. Kami akan lawan sampai tuntas, dan mendesak Kapolda Sulut bertindak sebelum semuanya terlambat!” tutup Hendra dengan nada keras. (TIM)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *