ANALISASIBER.COM
LOPIAN, TAPTENG — Gedung Gereja GPDI Pelita Lopian kini menjadi rumah sementara bagi sedikitnya 58 Kepala Keluarga (KK). Sebuah pemandangan yang menyentuh hati terlihat di sini, di mana bangunan gereja yang lebih tinggi menjadi tempat perlindungan bagi warga terdampak yang mayoritas beragama Islam.
Ibu Sadia Harefa (36), salah satu pengungsi, mengenang detik-detik mencekam saat air setinggi dada orang dewasa menenggelamkan pemukiman mereka pada akhir November lalu,
“Kami hanya memikirkan cara untuk selamat. Terima kasih kepada pihak gereja yang telah membukakan pintu bagi kami untuk berteduh,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Di tengah suasana penuh keprihatinan pasca bencana banjir yang melanda, Kapolres Tapanuli Tengah, AKBP Wahyu Endrajaya, S.I.K., M.Si., menunjukkan sisi humanis Polri dengan terjun langsung menemui warga di posko pengungsian. Pada Jumat pagi (19/12/2025), Kapolres beserta jajaran menyambangi Gedung Gereja GPDI Pelita Lopian, Kecamatan Badiri, untuk menyalurkan bantuan sosial dan dukungan moril kepada para penyintas.
Kehadiran AKBP Wahyu Endrajaya tidak hanya membawa bantuan materil, tetapi juga keceriaan yang sempat hilang. Selain menyerahkan bantuan berupa sembako, tikar, dan kebutuhan logistik lainnya, Kapolres terlihat membaur tanpa sekat dengan anak-anak di pengungsian.
Sembari membagikan susu, perwira menengah melati dua ini mengajak anak-anak bercanda dan bermain. Langkah ini merupakan bentuk Trauma Healing sederhana untuk memulihkan kondisi psikologis anak-anak agar tidak larut dalam trauma pasca bencana.
Akui Zanolo Mendrofa (56), koordinator posko pengungsian, menyampaikan apresiasinya atas kunjungan Polres Tapteng. Ia menyebutkan bahwa selama ini warga hidup berdampingan dengan rukun di dalam posko.
Namun, mengingat rangkaian ibadah Natal yang akan segera tiba, koordinasi dengan pihak BPBD terus dilakukan terkait penyediaan tenda pengungsian agar warga tetap memiliki tempat tinggal yang layak tanpa mengganggu prosesi ibadah. (Sepri LG)














Komentar