Kembali masyarakat petani di Desa Pasir Matogu Kecamatan Angkola Muaratais mengharapkan Gerakan Pengendalian Tikus dapat meminimalisir serangan OPT untuk pengamanan produksi padi dalam rangka mendukung surplus beras 5,6 juta ton dan juga dapat memotifasi kelompok tani lain untuk melaksanakan gerakan pengendalian OPT.
analisasiber.com, – TAPSEL, SUMUT Tikus sawah merupakan hama penting tanaman padi, karena apabila tidak dikendalikan kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan pada tanaman budidaya petani sangat besar. Hal ini disebabkan karena pengendalian hama tikus oleh petani sering terlambat, karena pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan dan kurangnya pengamatan lahan secara berkala oleh petani.
Pada pertanaman padi di wilayah Kecamatan Angkola Muaratais tepatnya di Desa Pasir Matogu keberadaan tikus sangat banyak sehingga menimbulkan banyak kerugian bagi petani terutama petani padi. Pengendalian terhadap hama tikus telah dilakukan petani sejak dini yaitu sejak sebelum pertanaman sampai dengan masa menuju panen. Beberapa teknik pengendalian hama tikus yang telah dilakukan petani yaitu dengan cara penggunaan pestisida dan itu hanya dilakukan apabila serangan tikus sudah sampai pada tahap sangat mengkhawatirkan.Kepala Desa Pasir Matogu, Zulpan Harahap menuturkan, bahwa serangan hama tikus bisa meledak karena perkembangbiakannya sangat cepat.
“Tikus bisa beranak belasan ekor, dua minggu kemudian sudah hamil lagi. Kalau tidak dikendalikan bersama, lahan pangan terancam,” jelas Zulpan.
Pihaknya mendukung dalam pengendalian OPT tikus petani harus kompak, melestarikan dan menggunakan musuh alami, mengatur pola tanam dan tata tanam. Apa yg dibutuhkan kelompok akan difasilitasi.Beberapa hari sebelumnya ada pelaporan dan pemberitaan awak media berdasarkan hasil pengamatan diharapkan petugas POPT segera membuat surat rekomendasi pengendalian dan permohonan bantuan pestisida untuk pengendalian serangan tikus di areal sawah tersebut.
Serangan hama tikus ini terjadi ketika petani baru masuk musim tanam, tikus menyerang batang padi sehingga tumbuh tidak sempurna dan tidak bisa berbuah, tanaman padi yang sebetulnya siap panen ini rusak akibat diserang hama tikus sejak mulai musim tanam hingga 3 bulan terakhir ketika para petani mau panen.Beberapa cara pengendalian hama tikus sawah yang dilakukan:
1. Tanam dan panen serempak.
Dalam satu hamparan, diusahakan selisih waktu tanam dan panen tidak lebih dari 2 minggu. Hal tersebut untuk membatasi tersedianya makanan tikus.
2. Sanitasi habitat.
Dilakukan selama musim tanam padi, yaitu dengan cara membersihkan gulma dan semak-semak pada habitat utama tikus yang meliputi tanggul irigasi, jalan sawah, batas perkampungan, pematang, parit, saluran irigasi, dll. Juga dilakukan minimalisasi ukuran pematang (tinggi dan lebat pematang) kurang 30 cm agar tidak digunakan sebagai tempat bersarang tikus.
3. Gerakan bersama (gropyokan massal).
Gerakan ini dilakukan serentak pada awal tanam padi. Bisa digunakan berbagai cara untuk menangkap/membunuh tikus.
4. Fumigasi/pengemposan.
Fumigasi dapat efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutup lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Fumigasi dilakukan selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi.
5. Memanfaatan musuh alami.
Cara termudah ini adalah dengan tidak mengganggu atau membunuh musuh alami tikus sawah, khususnya pemangsa, seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain. Juga dilakukan upaya pendirian rubuha / Rumah Burung Hantu untuk memancing Burung Hantu yang ada di alam untuk mau bersarang.
6. Rodentisida,
Cara ini digunakan hanya apabila populasi tikus sangat tinggi terutama pada saat bera atau awal tanam. Penggunaan rodentisida harus sesuai dosis anjuran. Umpan ditempatkan di habitat utama tikus, seperti tanggul irigasi, jalan sawah, pematang besar, atau tepi perkampungan.
Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring atau pengamatan berkala keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar. (Hendri)
Komentar