BITUNG, ANALISASIBER.COM – Kunjungan kerja Kapolda Sulawesi Utara, Irjen Pol Roycke Harry Langie, ke Polres Bitung berubah menjadi mimbar peringatan keras bagi jajarannya. Di hadapan para perwira, Kapolda menumpahkan kekecewaannya atas lemahnya peran intelijen dan kepolisian di lapangan.
“Intelijen itu bukan tukang salin-tempel laporan! Setiap peristiwa harus dianalisis. Kenapa ada senjata? Kenapa anak-anak bisa bawa panah wayer? Cari sumbernya! Tidak mungkin senjata itu jatuh dari langit,” sentil Roycke dengan nada tinggi.
Ia mendesak agar operasi cipta kondisi segera digelar, bukan sekadar rutinitas, tapi langkah nyata untuk meredam potensi konflik sebelum membesar. Bengkel-bengkel yang mencurigakan harus dipetakan. Sumber senjata rakitan harus ditutup.
“Kalau cuma lihat-lihat, menunggu laporan, itu bukan kerja intelijen! Jangan tunggu kejadian baru sibuk bikin alasan!” semprot Kapolda.
Tak hanya itu, para Kapolsek pun ikut kena semprot. Dengan suara lantang, Roycke mengingatkan, jabatan bukan jaminan aman bagi mereka yang malas dan tidak mampu melayani masyarakat.
“Karo SDM catat ini baik-baik! Kalau ada Kapolsek atau Kasat yang tidak becus kerja, segera diganti. Banyak pemain cadangan yang siap turun. Saya tidak mau dengar ada yang merengek-rengek minta jabatan. Saya tidak pernah terima orang menghadap di rumah!” tegasnya, menutup ruang lobi bagi budaya titip jabatan.
Dalam pemaparannya, Irjen Roycke juga menyinggung tiga indikator kota aman yang wajib dipahami polisi: keamanan personal, keamanan infrastruktur, dan keamanan digital. Ia menyoroti bagaimana media sosial kini menjadi arena konflik baru yang tidak boleh dianggap sepele.
“Jangan hanya jaga jalanan, sementara dunia maya dibiarkan jadi ladang provokasi! Kita harus bekerja lengkap, serius, dan cepat!” pungkasnya.
Kunjungan ini menjadi tamparan keras bagi jajaran Polres Bitung, sinyal tegas bahwa Kapolda tidak ingin lagi ada polisi yang nyaman di zona aman tanpa hasil nyata. (POLAPA)
Komentar