oleh

Aldi Lamane: Pembukaan Jalur Pendakian Gunung Dua Sudara Perlu Kajian Mendalam dan Pendekatan Konservasi

-Daerah-173 Dilihat
banner 468x60

BITUNG, ANALISASIBER.COM – Rencana pembukaan jalur pendakian Gunung Dua Sudara di Kota Bitung terus menjadi perbincangan, terutama di kalangan pegiat lingkungan. Sorotan tajam datang dari Aldi Lamane, Kepala Divisi Konservasi Himpunan Penjelajah Alam Terbuka Spizaetus (HIMPASUS), yang menekankan pentingnya pendekatan konservasi dan kajian ekologis sebelum realisasi dilakukan.

Menurut Aldi, Gunung Dua Sudara menyimpan potensi besar sebagai destinasi ekowisata. Namun, pembukaannya tidak bisa dilakukan secara tergesa-gesa. Ia menyampaikan bahwa jalur pendakian seharusnya menjadi ruang edukasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, bukan malah memicu kerusakan ekologis.

banner 336x280

“Jalur pendakian yang dikelola dengan baik bisa memberi manfaat besar, tapi jika dibuka tanpa kajian yang matang, dampaknya bisa fatal bagi ekosistem,” ujarnya.

Aldi menjelaskan sejumlah dampak positif dari pembukaan jalur pendakian, antara lain:

  • Mendorong perekonomian masyarakat sekitar lewat jasa pemandu, homestay, dan logistik.
  • Menumbuhkan kesadaran lingkungan melalui pendekatan edukatif dalam pendakian, pengalaman langsung di alam.
  • Menjadikan Gunung Dua Sudara sebagai model destinasi wisata alam berbasis pelestarian.

Namun, ia juga mengingatkan akan dampak negatif yang berpotensi muncul:

  • Peningkatan Volume Sampah dari pendaki yang dapat mencemari kawasan hutan dan sumber air.
  •  Kerusakan flora dan fauna akibat lalu lintas pendaki yang tak terkendali.
  • Resiko Overkapasitas kunjungan tanpa sistem pengelolaan yang jelas.

Sebagai bagian dari tanggung jawab konservasi, Aldi melalui HIMPASUS telah menyusun rencana mitigasi yang meliputi:

  • Edukasi konservasi wajib untuk setiap pendaki, termasuk penerapan prinsip Leave No Trace.
  •  Sistem registrasi dan pemantauan jumlah kunjungan pendakian untuk pengawasan ketat.
  •  Pelibatan masyarakat dan organisasi pecinta alam lokal sebagai pengelola jalur dan agen edukasi lingkungan.
  •  Penyediaan fasilitas ramah lingkungan seperti tempat sampah terpilah dan toilet kompos.

Namun demikian, Aldi menegaskan bahwa semua perencanaan ini tidak akan berjalan maksimal jika hanya di bawah kendali pemerintah tanpa dukungan dan kajian dari pelaku-pelaku penggiat organisasi pecinta alam.

“Perlu ada sinergi antara organisasi pecinta alam, masyarakat, dan pemerintah. Dukungan regulasi, anggaran, hingga pendampingan teknis sangat penting agar rencana mitigasi ini benar-benar dapat diwujudkan di lapangan,” tegasnya.

Aldi berharap pemerintah daerah dapat memberikan ruang dialog dan kolaborasi bagi para pegiat lingkungan dan komunitas pecinta alam dalam setiap tahap perencanaan. Baginya, Gunung Dua Sudara bukan sekadar lokasi wisata, melainkan warisan alam yang wajib dijaga bersama dengan penuh tanggung jawab. (POLAPA)

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *